Senin, 20 Oktober 2014

Biografi Pelukis Indonesia dan Karya Pelukis Indonesia

10 Tokoh Pelukis Dalam Negeri dan Luar Negeri

1. AFFANDI KOESOEMA

afandi
F Nama lengkap: Affandi Koesoema
F Nama panggilan: Affandi
F Tempat dan Tanggal lahir: Cirebon, 23 Mei 1904
F PEKERJAAN : Pelukis
F Pendidikan:HIS, MULO, dan tamat di AMS
F Bidang yang ditekuni: Karya Lukis
Affandi Koesoema adalah seorang pelukis yang dikenal sebagai Maestro Seni Lukis Indonesia, mungkin pelukis Indonesia yang paling terkenal di dunia internasional, berkat gaya ekspresionisnya yang khas. Pada tahun 1950-an ia banyak mengadakan pameran tunggal diIndia, Inggris, Eropa, dan Amerika Serikat. Pelukis yang produktif, Affandi telah melukis lebih dari dua ribu lukisan.
Sebelum mulai melukis, Affandi pernah menjadi guru dan pernah juga bekerja sebagai tukang sobek karcis dan pembuat gambar reklame bioskop di salah satu gedung bioskop di Bandung.
Bakat melukis yang menonjol pada diri Affandi pernah menorehkan cerita menarik dalam kehidupannya. Suatu saat, dia pernah mendapat beasiswa untuk kuliah melukis di Santiniketan, India, suatu akademi yang didirikan oleh Rabindranath Tagore. Ketika telah tiba di India, dia ditolak dengan alasan bahwa dia dipandang sudah tidak memerlukan pendidikan melukis lagi. Akhirnya biaya beasiswa yang telah diterimanya digunakan untuk mengadakan pameran keliling negeri India.
Museum Affandi diresmikan oleh Fuad Hasan . Museum ini didirikan tahun 1973 di atas tanah yang menjadi tempat tinggalnya. Saat ini, terdapat sekitar 1.000-an lebih lukisan di Museum Affandi, dan 300-an di antaranya adalah karya Affandi. Lukisan – lukisan tersebut tidak dijual karena itu adlah karya restropektif yang punya nilai kesejarahan mulai dari awal kariernya hingga selesai .
Contoh hasil karya-karya afandi


fd


2. WAKIDI

df
Pelukis lokal generasi Indie Mooi, lahir di Semarang (Jawa Tengah) 1887 dan meninggal di Padang (Sumatera Barat) 1983. Meski berdarah Jawa (orang tuanya berasal dari Semarang, tapi kemudian bekerja di Plaju), ia dikenal sebagai pelukis dengan tema-tema tentang panorama dan kehidupan Sumatera Barat. Tahun 1903, ia dikirim ke Bukit Tinggi untuk belajar ke Sekolah Raja yang merupakan sekolah pelatihan guru di Sumatera pada saat itu. Di sana bakat artistiknya diketahui oleh seorang guru Belanda, dan ia diberi kesempatan untuk pergi ke Semarang, tempat ia mempelajari seni lukis dengan pelukis Belanda Van Dijk. Dari pelukis inilah, tertanam jiwa naturalis pada WAKIDI.
Selama hidupnya ia mengajar banyak murid, walaupun sedikit yang telah mengikuti gaya naturalistisnya. Selama pernikahannya yang pertama, mempunyai banyak anak dan setelah kematian isteri yang pertama sekitar 1952, ia menikah kembali dengan seorang wanita yang jauh lebih muda yang dengannya ia mempunyai dua orang anak. Ia melanjutkan mengajar seni di Bukit Tinggi pada akhir 1950-an serta melukis pada waktu-waktu senggangnya. Ia hidup tenang, jauh dari arus utama kehidupan seni rupa; ia mencintai musik dan biasa memainkan biola. Dikenal juga sebagai pendidik, ketika mengajar di INS Kayu tanam, ia menjadi guru tokoh nasional Mohammad Hatta dan Jendral A.H. Nasution. Penerima Anugerah Seni RI 1983.

3. Wahdi Sumatra

Pelukis natura lis, lahir di Bandung, Oktober 1917. Sejak di bangku kelas tiga HIS, telah gemar menggambar. Tamat HIS tahun 1935, mendapat bimbingan dari pelukis Abdullah Suriosubroto, ayah pelukis Basuki Abdullah selama beberapa bulan karena dorongan Dr. Kadmirah yang melihat bakat yang dimilikinya. Kemudian ia mengembangkan bakat itu dengan berlatih bersama-sama dengan pelukis Affandi yang ketika tinggal di Gang Wangsareja, Bandung. Selain Affandi pelukis lain yang sering melukis bersama pada waktu itu ialah Barli Sasmitawinata, Sudarso dan Hendra Gunawan. Tahun 1964, ketika Bandung diduduki Belanda, Wahdi mengungsi ke Sumedang, kembali tahun 1951. Selama dalam pengungsian ia tidak melukis sama sekali. Setiba di Bandung ia menggabungkan diri dengan Himpunan Pelukis Bandung St. Lucas Gilde yang dipimpin oleh dokter berkebangsaan Austria. Anggota lainnya yang pribumi ialah Barli, Kerton Sujana, Rudiyat, dan Suwaryono (Soewarjono). Perkumpulan itu secara tetap setiap tah un menyelenggarakan pameran, paling tidak dua kali, biasanya di Gedung YPK. Karena kesulitan hidup sebagai pelukis, Wahdi sempat melamar menjadi guru Sekolah Rakyat dan diterima, tetapi hanya bertahan selama dua tahun. Ia kemudian membuka toko mebel ‘Sri Tunggal’ di Cicadas. Perusahaan itu berkembang dengan baik, sehingga ia mampu membeli sebidang tanah di Kiaracondong yang kemudian dijadikan ‘Sanggar Sangkuriang’.
Tahun 1975 ia bersama Affandi, Barli, dan Sudarso mengadakan pameran bersama di TIM dengan sponsor DIU. Tahun 1976 ia mengadakan pameran tunggal atas sponsor Ajip Rosidi di Balai Budaya Jakarta. Tahun 1977 mengadakan pameran tunggal di TIM atas Sponsor DKJ. Tahun 1975 setelah selesai mengadakan pameran bersama, ia meresmikan ‘Sanggar Sangkurian’. Tahun 1979, atas usaha Ramadhan K.H., Wahdi sempat melawat ke Eropa, yang dijadikan kesempatan olehnya untuk melihat-lihat lukisan klasik dalam museum-museum







4. Chusin Setiadikara

chusin
Chusin Setiadakara, salah satu seniman lukis senior yang dimiliki Indonesia ini sedang menyelenggarakan Pameran Tunggal pertamanya di Tahun 2011, dengan diberi judul ‘Chusin’s Realistic Painting, A Thesis’, pameran ini seperti seakan memberikan suatu tema pembahasan berskala besar yang berhubungan dengan Chusin dan gaya realis lukisan yang menjadi ciri khas dirinya.
Seperti yang kita ketahui, Chusin Setiadikara terkenal dengan gaya lukisan realisnya dan pendekatan fotografis, yang artinya setiap model lukisan yang dib uatnya pertama kali dihasilkan melalui media foto dan baru dituangkan ke atas kanvas dengan menggunakan media Charcoal serta Cat Minyak, hasilnya adalah suatu ciri khas Chusin dimana dalam beberapa lukisannya terasa seperti sebuah kolase, ia menggabungkan drawing charcoalnya dengan lukisan cat minyak, beberapa objek terkadang dijadikan satu seperti membawa
pesan terselubung akan arti yang ingin di sampaikan.
Situs Taman Ismali Marzuki dalam profil Chusin Setiadikara mengatakan “Bagi Chusin, melukis dengan pendekatan realisme fotografis bukanlah sekedar menyalin kenyataan ke atas kanvas, akan tetapi gaya realisme fotografis tersebut juga dianggapnya sebagai idiom. Selain itu, Chusin juga menggunakan pendekatan yang bukan sekedar material.”
Seniman yang lahir pada tahun 1949 di Bandung Jawa barat ini dalam setiap lukisannya sering sekali menjadikan Pasar Kintamani yang berada di Bali menjadi Subject matter lukisannya, setelah sebelumnya tinggal menetap di Bandung, pada tahun 1987 ia pindah dan kemudian menetap tinggal di Bali, hal tersebut dilakukan karena ia merasa gelisah karena proses kreatif dirinya sebagai seorang pelukis tidak berjalan kemana-m ana, setelah pindah ke Bali, barulah ia kembali mengevaluasi dirinya sebagai seorang pelukis.
Pameran yang di selenggarakan di Galeri Nasional Indonesia sampai tanggal 25 Maret 2011 ini menurut saya merupakan pameran yang wajib di datangi oleh penggemar Seni Rupa Indonesia, selain di dukung kuratorial oleh Jim Supangkat, bisa dibilang Pameran ‘Chusin’s Realistic Painting, A Thesis’ ini bukan sembarang pameran, karena apa yang di Sajikan oleh Pameran Tunggal Chusin ini bukan sekedar pameran lukisan yang menampilkan karya seorang seniman lukis senior Indonesia, tapi juga merupakan sebuah manifesto dari seorang Chusin Setiadakara akan karir berkaryanya sebagai seorang pelukis realis.
Contoh hasil karya Chusin:
fjdf
cats

5. Basuki Abdullah 

Berkas:Basuki abdullah self.jpg
oto, yang juga seorang pelukis dan penari. Sedangkan kakeknya adalah seorang tokoh Pergerakan Kebangkitan Nasional Indonesia pada awal tahun 1900-an yaitu Doktor Wahidin Sudirohusodo. Sejak umur 4 tahun Basuki Abdullah mulai gemar melukis beberapa tokoh terkenal diantaranya Mahatma Gandhi, Rabindranath Tagore, Yesus Kristus dan Krishnamurti.
Abdullah diperoleh di HIS Katolik dan Mulo Katolik di Solo. Berkat bantuan Pastur Koch SJ, Basuki Abdullah pada tahun 1933 memperoleh beasiswa untuk belajar di Akademik Seni Rupa (Academie Voor Beeldende Kunsten) di Den Haag, Belanda, dan menyelesaikan studinya dalam waktu 3 tahun dengan meraih penghargaan Sertifikat Royal International of Art (RIA).
== Aktivitaslahir di Surakarta, Jawa Tengah, 27 Januari 1915 – meninggal 5 November 1993 pada umur 78 tahun ==
http://upload.wikimedia.org/wikipedia/id/thumb/3/3b/Basuki_abdullah_kakakdanadik.gif/220px-Basuki_abdullah_kakakdanadik.gif
Lukisan "Kakak dan Adik" karya Basuki Abdullah (1978). Kini disimpan di Galeri Nasional Indonesia, Jakarta.
Pada masa Pemerintahan Jepang, Basuki Abdullah bergabung dalam Gerakan Poetra atau Pusat Tenaga Rakyat yang dibentuk pada tanggal 19 Maret 1943. Di dalam Gerakan Poetra ini Basuki Abdullah mendapat tugas mengajar seni lukis. Murid-muridnya antara lain Kusnadi (pelukis dan kritikus seni rupa Indonesia) dan Zaini (pelukis impresionisme). Selain organisasi Poetra, Basuki Abdullah juga aktif dalam Keimin Bunka Sidhosjo (sebuah Pusat Kebudayaan milik pemerintah Jepang) bersama-sama Affandi, S.Sudjoyono, Otto Djaya dan Basuki Resobawo.
Di masa revolusi Bosoeki Abdullah tidak berada di tanah air yang sampai sekarang belum jelas apa yang melatarbelakangi hal tersebut. Jelasnya pada tanggal 6 September 1948 bertempat di Belanda Amsterdam sewaktu penobatan Ratu Yuliana dimana diadakan sayembara melukis, Basuki Abdullah berhasil mengalahkan 87 pelukis Eropa dan berhasil keluar sebagai pemenang.
http://upload.wikimedia.org/wikipedia/id/thumb/3/35/Basuki_abdullah_balinesebeauty.jpg/220px-Basuki_abdullah_balinesebeauty.jpg
Lukisan "Balinese Beauty" karya Basuki Abdullah yang terjual di tempat pelelangan Christie's di Singapura pada tahun 1996.
Sejak itu pula dunia mulai mengenal Basuki Abdullah, putera Indonesia yang mengharumkan nama Indonesia. Selama di negeri BelandaBasuki Abdullah sering kali berkeliling Eropa dan berkesempatan pula memperdalam seni lukis dengan menjelajahi Italia dan Perancisdimana banyak bermukim para pelukis dengan reputasi dunia.
) adalah salah seorang maestro pelukis Indonesia.Ia dikenal sebagai pelukis aliran realis dan naturalis. Ia pernah diangkat menjadi pelukis resmi Istana Merdeka Jakarta dan karya-karyanya menghiasi istana-istana negara dan kepresidenan Indonesia, disamping menjadi barang koleksi dari penjuru dunia.

Masa muda[sunting | sunting sumber]

Bakat melukisnya terwarisi dari ayahnya, Abdullah Suriosubr
Basuki Abdullah terkenal sebagai seorang pelukis potret, terutama melukis wanita-wanita cantik, keluarga kerajaan dan kepala negara yang cenderung mempercantik atau memperindah seseorang ketimbang wajah aslinya. Selain sebagai pelukis potret ya







Hasil Karya Pelukis Indonesia


https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiuq1TBaZ2Fhs7yllFCeEJMwJsRjFd_GU0b09BzYlQlN5yNJG73IkclzZ6DD3YdHWv-PLaq5JeTUkDlxqOJL_ZH2ndoqNJ-J7hyphenhyphenMVDQyeAzJgt3WlXSK0e-C-WS0YVc2QcMnYteTGbQ62g/s1600/fery.jpeg         
Komentar : sebuah lukisan karya Djoko Pekik yang melukiskan tentang sebuah keramaian banyak orang yang sedang melakukan suatu aktifitas. Jika dilihat dari segi warna, kalem tidak terlalu mencolok warna lembut.

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhBpH_XWrFVmliifhe_CmODzB_9ZqJurALPqxFYaYgHPV_cXIO6hui4bmn1iCXF2lksf7Vrv8orX-4GWIbhXYz4ks1aHOmOBPIaN-JAUocG3z1ftxHGMkofbXnP8Bi_uGm4kooDLHL_xsU/s320/herry+dim.jpgkomentar : Suatu lukisan karya Hendra Gunawan yang melukiskan tentang sesorang yang sedang bersantai menikmati suatu keadaan yang nyaman. Dari segi warna bias kita lihat beliau menggunakan warna atristik.



https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgJ520KCOgS-EEvSPVKgFiY1oQmr9ViFvSxCOmHhnmp_lbkdJ46yn_VFrg7EO0NsW-YQ_iux3K9nJlBgqJAFTfXu7ss8F-zIRC5H9J-cPmIz2iemJArBKRHY8q6qp-VgbZi31BWpMtEJCg/s320/kartika.jpgKomentar :Suatu lukisan Karya Jeihan yang melukiskan tentang suatu keadaan tempat tinggal (rumah) yang didesign meliputi keadaan lingkungan di sekitar rumah itu. Dari segi warna beliau menggunakan warna yang artristik.

 9. karya  Affandi
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjuWdXga4DniMaK_uCA8F9oAWTtIRmhoi7EOLbnwPOisc4o8cK96fNDIMuVk1VrhkgQYeMnadMcXBL6tLpK_TDNZjuveztAzEIuy6gQwKvKpqY7b4u3v4UbzcZxdefWv4Bt466gCdm-_VI/s1600/lukisan+agus.jpg
Komentar : Suatu lukisan karya AFFANDI yang melukiskan tentang seseorang yang sedang menari kuda. Segi warna yang dipakaisangat artristik sekali dengan warna warna dasar dan idak mencolok.







1. Pasukan Kita yang Dipimpin Pangeran Diponegoro Karya S. Sudjojono
Bulan April lalu di Balai Lelang Sotheby’s Hong Kong, lukisan karya S. Sudjojono ini mampu memecahkan rekor Asia Tenggara. Dengan penjualan senilai Rp 85,7 miliar, karya ini menjadi karya kedua termahal setelah pelukis China, Zhang Xiaogang berjudul Bloodline: Big Family No.3 di dalam acara lelang tersebut. Walaupun bapak seni lukis Indonesia modern itu sudah tiada, namun karyanya masih diapresiasi tinggi di mata dunia. 
http://www.the-marketeers.com/wp-content/uploads/S-Sudjojono_Pasukan-Kita-Yang-Dipimpin-Pangeran-Diponegoro-Our-Soldiers-Led-Under-Prince-Diponegoro.jpg
                                                                                     
2. Balinese Procession atau Prosesi Warga Bali Karya Lee Man Fong
Pada tahun 2013 lukisan ini terjual senilai Rp 34 miliar di balai lelang Christie’s. Lee Man Fong adalah pelukis Indonesia yang dilahirkan di Tiongkok. Ia ditunjuk oleh Presiden Soekarno untuk menjadi pelukis istana kala itu dan karya-karyanya diakui sebagai perintis seniman lukis Asia Tenggara. Lee Man Fong telah menerbitkan banyak buku lukis yang dipakai sebagai referensi banyak seniman lukis saat ini. 
http://www.the-marketeers.com/wp-content/uploads/balinese.jpg

3. The Man From Bantul (The Final Round) Karya I Nyoman Masriadi
Karya pelukis muda ini terjual Rp 10 miliar di Sotheby’s Hong Kong tahun 2008. Masriadi lahir pada tahun 1973 di Gianyar Bali dan mengenyam pendidikan di Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta. Gambar serta narasi lukisannya berasal dari pengamatan kehidupan sosial di sekeliling kita.Hasil karyanya sangat mencolok dan refreshing.  Sebelumnya Lukisan karya Masriadi juga sempat terjual senilai Rp 5 miliar yang berjudul Sudah Biasa Ditelanjangi.
http://www.the-marketeers.com/wp-content/uploads/i-nyoman-masriadi-the-man-from-bantul-the-final-round.jpg

4. Go To Hell Crocodille Karya DjokoPekik
Seniman fenomenal kelahiran Grobogan, Puwodadi Jawa Tengah ini pernah menjadi tahanan politik pada tahun 1965. Lukisan yang berjudul “Go To Hell Crocodile” ini dipajang di arena pasar seni rupa Art Jog 2014 yang digelar di Taman Budaya Yogyakarta.  Lukisan “Go To Hell Crocodille” ini sarat akan nilai nasionalis dengan menyindir perusahaan tambang asing yang menguras kekayaan Indonesia di beberapa daerah. 

http://www.the-marketeers.com/wp-content/uploads/10467962_1515026802042048_166111845_a.jpg







Jangan lupa di comment yaa!!!! :)))))

Tidak ada komentar:

Posting Komentar