Lowongan supir driver mobil disiplin, jujur, rajin, gak maen-maen, cekatan untuk taxi online/antar jemput anak sekolah. Kondisi mobil Avanza 2013. sehat. Untuk kawasan Tangsel, Bintaro dan sekitarnya. Jika minat Hub 089530342717 (wa) sambil ngupi cantik. Setoran gak lebih dari 200.
Persyaratan:
1. KK asli
2. SKCK asli
3. KTP asli
4. Jaminan (diobrolin lebih lanjut)
Nugie Antonius
Be Yourself and Proud Of Your Self!!
Kamis, 07 Juni 2018
Kamis, 15 Februari 2018
Berkembangnya Hindu Buddha
A. MUNCUL dan BERKEMBANGNYA AGAMA HINDU di INDIA
1. MUNCULNYA AGAMA HINDU di INDIA
Perkembangan agama
Hindu-Budha tidak dapat lepas dari peradaban lembah Sungai Indus, di
India. Di Indialah mulai tumbuh dan berkembang agama dan budaya Hindu dan
Budha. Dari tempat tersebut mulai menyebarkan agama Hindu-Budha ke tempat lain
di dunia. Agama Hindu tumbuh bersamaan dengan kedatangan bangsa Aria (cirinya kulit putih,
badan tinggi, hidung mancung) ke Mohenjodaro dan Harappa (Peradaban Lembah
Sungai Indus) melalui celahKaiber (Kaiber Pass) pada 2000-1500 SM dan mendesakbangsa Dravida (berhidung pesek, kulit
gelap) dan bangsaMunda sebagai suku bangsa asli yang telah mendiami daerah
tersebut. Bangsa Dravida disebut juga Anasah yang berarti berhidung
pesek dan Dasa yang berarti raksasa.
Bangsa Aria sendiri termasuk dalam ras Indo Jerman. Awalnya bangsa Aria
bermatapencaharian sebagai peternak kemudian setelah menetap mereka hidup
bercocok tanam. Bangsa Aria merasa ras mereka yang tertinggi sehingga tidak mau
bercampur dengan bangsa Dravida. Sehingga bangsa Dravida menyingkir ke selatan
Pegunungan Vindhya.
Orang Aria mempunyai
kepercayaan untuk memuja banyak Dewa (Polytheisme), dan kepercayaan
bangsa Aria tersebut berbaur dengan kepercayaan asli bangsa Dravida yang masih
memuja roh nenek moyang. Berkembanglah Agama Hindu yang merupakan sinkretisme (percampuran) antara
kebudayaan dan kepercayaan bangsa Aria dan bangsa Dravida. Terjadi perpaduan
antara budaya Arya dan Dravida yang disebut Kebudayaan Hindu (Hinduisme). Istilah Hindu
diperoleh dari nama daerah asal penyebaran agama Hindu yaitu di Lembah Sungai Indus/ Sungai Shindu/ Hindustansehingga disebut
kebudayaan Hindu yang selanjutnya menjadi agama Hindu. Daerah perkembangan
pertama agama Hindu adalah di lembah Sungai Gangga, yang disebut Aryavarta(Negeri bangsa Arya) dan Hindustan (tanah milik bangsa
Hindu).
·
DEWA
Orang Arya percaya dan
memuja banyak dewa (Polytheisme). Bagi mereka, tiap-tiap dewa merupakan
lambang kekuatan terhadap alam sehingga perlu disembah/ dipuja dan dihormati.
Contoh dewa dalam kepercayaan bangsa Arya:
Pretivi sebagai dewa Bumi, Surya sebagai Dewa Matahari,Vayu sebagai Dewa Angin, Varuna sebagai Dewa Laut, Agnisebagai Dewa Api.
Dalam ajaran agama Hindu
dikenal 3 dewa utama, yaitu:
Brahma sebagai dewa pencipta
segala sesuatu.
Wisnu sebagai dewa pemelihara
alam
Siwa sebagai dewa perusak
Ketiga dewa tersebut
dikenal dengan sebutan Tri Murti
·
KITAB SUCI
Kitab suci agama Hindu
disebut Weda (Veda) artinya pengetahuan
tentang agama. Pemujaan terhadap para dewa-dewa dipimpin oleh golongan
pendeta/Brahmana. Ajaran ritual yang dijadikan pedoman untuk melaksanakan
upacara keagamaan yang ditulis oleh para Brahmana disebut kitabVeda/Weda yang terdiri dari 4
bagian, yaitu:
Reg Veda, berisi tentang ajaran-ajaran Hindu,
merupakan kitab tertua (1500-900 SM) kira-kira muncul saat bangsa Aria ada di
Punjab.
Yajur Veda, berisi doa-doa yang dibacakan waktu
diselenggarakan upacara agama, lahir saat bangsa Aria menguasai daerah Gangga
Tengah.
Sama Veda, berisi nyanyian puji-pujian yang
wajib dinyanyikan saat diselenggarakan upacara agama.
Atharwa Veda, berisi kumpulan mantera-mantera
gaib, doa-doa untuk menyembuhkan penyakit. Doa/mantra muncul saat bangsa Arya
menguasai Gangga Hilir.
Selain itu terdapat
kitab-kitab sebagai berikut.
Kitab Brahmanas berisi pedoman ritual
keagamaan bagi para Brahmana. Kitab Brahmana merupakan tafsir dari kitab Weda
Upanishad berisi khotbah-khotbah
gaib. Kitab Upanisad berisi ajaran tentang cara-cara menghindarkan diri dari
samsara.
Aranyakas berisi kitab untuk para
pertapa.
Om merupakan simbol agama
Hindu jika diucapkan secara sangat sakral sama saja dengan berdoa itu sendiri.
·
SISTEM KASTA
Sistem kemasyarakatan yang tercipta dalam masyrakat Hindu menurut Kitab
Rig-Vega adalah sebagai berikut:



Brahmana bertugas mengurus soal
kehidupan keagamaan, terdiri dari para pendeta.
Keberadaan kasta ini ada pada posisi paling penting dan punya pranan yang
sangat besar bagi berjalannya pemerintahan. Mereka adalah orang yang paling
mengerti menegnai seluk beluk agama Hindu, serta menjadi penasehat raja.
Ksatria berkewajiban menjalankan
pemerintahan termasuk pertahanan Negara. Yang termasuk dalam kasta ini adalah
para bangsawan, raja dan keluarganya, para pejabat pemerintah. Kasta ini
memiliki kedudukan yang penting dalam pemerintahan, punya banyak hak tetapi
tidak memiliki kewajiban untuk membayar pajak, memberikan persembahan, dsb.
Waisya bertugas berdagang,
bertani, dan berternak. Mereka yang tergolong dalam kasta ini adalah para pedagang
besar (saudagar),para pengusaha. Dalam golongan masyarakat biasa kasta ini
cukup memiliki peran penting.
Sudra bertugas sebagai petani/
peternak, para pekerja/ buruh/budak. Mereka adalah para pekerja kasar. Mereka
mempunyai banyak kewajiban terutama wajib kerja tetapi keberadaannya kurang
diperhatikan.
Di luar kasta tersebut
terdapat kasta Paria terdiri dari pengemis dan
gelandangan.
Pembagian kasta muncul
sebagai upaya pemurnian terhadap keturunan bangsa Aria sehingga dilakukan
pelapisan yang bersumber pada ajaran agama. Pelapisan tersebut dikenal dengan Caturwangsa/Caturwarna, yang berarti empat
keturunan/ empat kasta. Pembagian kasta tersebut didasarkan pada keturunan.
Dalam konsep Hindu sesorang hanya dapat terlahir sebagai Hindu bukan menjadi Hindu.
Perkawinan antar kasta
dilarang dan jika terjadi dikeluarkan dari kasta dan masuk dalam golongan kaum Paria seperti bangsa Dravida. Paria disebut juga Hariyan dan merupakan mayoritas
penduduk India.
2. KEMUNDURAN AGAMA HINDU
Pada abad ke 6 SM agama
Hindu mengalami kemunduran (kemunduran bukan berarti hilang sama sekali)
disebabkan oleh faktor-faktor, yaitu:
1. Kaum Brahmana terlalu memonopoli upacara keagamaan.
Masyarakat umum tidak tahu
mengenai seluk beluk (detail) agama Hindu hanya pendetalah yang tahu karena
mereka yang menguasai bahasa Sansekerta (bahasa yang digunakan dalam kitan suci
Weda). Hal ini menyebabkan muncul rasa anti agama sebab seakan-akan agama Hindu
hanya untuk kaum brahmana atau paling tidak kasta ksatria tapi untuk rakyat
biasa tidak akan memberikan pengaruh baik.
2. Adanya sistem kasta dalam agama Hindu
Sistem kasta dalam agama
Hindu membedakan derajat dan martabat manusia berdasarkan kelahirannya.
Golongan Brahmana berada pada kasta tertinggi sementara Masyarakat biasa
terutama Sudra berada pada kasta terendah yang dibebankan kewajiban yang berat.
Karena kedudukannya tertinggi maka tak jarang kaum pendeta bertindak
sewenang-wenang.
3. Timbul golongan yang
berusaha mencari jalan sendiri untuk mencapai hidup abadi yang sejati. Golongan
tersebut disebut golongan Buddha yang dihimpun oleh Sidharta.
B. MUNCUL dan BERKEMBANGNYA AGAMA BUDHA di INDIA
1. MASUKNYA AGAMA BUDHA DI INDIA
Agama Budha tumbuh di India tepatnya bagian Timur Laut. Muncul
sekitar 525 SM. Agama Budha muncul dan dikenalkan oleh Sidharta (semua harapan
dikabulkan). Agama Budha muncul disebabkan karena :
Sidharta melihat adanya dominasi golongan Brahmana atas
ajaran dan ritual keagamaan dalam masyarakat India. Lagipula hanya kaum
brahmana yang menguasai kitab suci Weda sementara kasta lain tau mengenai
ajaran Hindu dari Brahmana tanpa boleh mempelajari langsung ajaran Hindu. Dalam
kegiatan pemerintahan pun Brahmana turut campur tangan.
Sidharta memandang bahwa adanya sistem kasta dalam agama
Hindu dapat memecah belah masyarakat, bahkan sistem kasta dianggap membedakan
derajat dan martabat manusia berdasarkan kelahiran. Padahal setiap manusia itu
sama kedudukannya.
Itulah fenomena yang ada
di lingkungannya sementara itu satu hal yang membuat Sidharta akhirnya berusaha
untuk menentang adat dan tradisi yang ada adalah karena beliau melihat adanya
kenyataan hidup bahwa manusia akan tua, sakit, mati, dan hidup miskin yang
intinya bahwa bagi Sidharta kehidupan adalah suatu “PENDERITAAN”. Oleh karena
itu manusia harus dapat menghindarkan diri dari penderitaan (samsara), dan demi
mencari cara atau jalan untuk membebaskan diri dari penderitaan guna mencapai
kesempurnaan maka beliau meninggalkan istana dengan segala kemewahannya melakukan
meditasi tepatnya di bawah pohon Bodhi di daerah Bodh Gaya. Dalam meditasinya
tersebut akhirnya Sidharta memperoleh penerangan agung dan saat itulah
terlahir/ tercipta agama Budha. Agama Budha lahir sebagai upaya pengolahan
pemikiran dan pengolahan diri Sidharta sehingga
menemukan cara yang terbaik bagi manusia agar dapat terbebas dari penderitaan
di dunia sehingga dapat mencapai kesempuirnaan (nirwana) dan berharap tidak
akan terlahir kembali di dunia untuk merasakan penderitaan yang sama.
Menurut agama Budha
kesempurnaan (Nirwana) dapat dicapai oleh setiap orang tanpa harus melalui
bantuan pendeta/ kaum Brahmana berbeda dengan ajaran Hindu dimana hanya pendeta
yang dapat membuat orang mencapai kesempurnaan.
Dalam Budha, setiap orang
mempunyai hak dan kesempatan yang sama untuk mencapai kesempurnaan tersebut
asalkan ia mampu mengendalikan dirinya sehingga terbebas dari samsara
9kesengsaraan).
Sidharta Gautama dikenal
sebagai Budha atau seseorang yang telah mendapat pencerahan. Sidharta artinya orang yang
mencapai tujuan. Sidharta disebut juga Budha Gautama yang berarti orang yang menerima bodhi.
·
KITAB SUCI
Ajaran agama Budha
dibukukan dalam kitab Tripitaka(dari bahasa Sansekerta Tri artinya tiga dan pitaka artinya keranjang). Kitab
Tripitaka terdiri atas 3 kumpulan tulisan, yaitu :
1. Sutta (Suttanata) Pitaka berisi kumpulan
khotbah, pokok-pokok atau dasar ajaran sang Buddha
2. Vinaya Pitaka berisi kodefikasi
aturan-aturan yang berkenaan dengan kehidupan pendeta atau segala macam
peraturan dan hukum yang menentukan cara hidup para pemeluknya.
3. Abhrdharma Pitaka berisi filosofi
(falsafah agama), psikologi, klasifikasi, dan sistematisasi doktrin
·
KOTA SUCI
Ada 4 tempat yang dianggap
suci oleh umat Budha karena berhubungan dengan kehidupan Sidharta. Keempat
tempat tersebut adalah sebagai berikut :
1. Taman Lumbini di Kapilawastu sebagai
tempat kelahiran Sidharta (563 SM). Sementara itu masa kecil Sidharta di
lewatkan di daerah Kapilawastu tersebut.
2. Bodh Gaya sebagai tempat Sidharta
menerima penerangan agung.
3. Benares (Taman Rusa) sebagai
tempat Sidharta pertama kali mengajarkan ajarannya.
4. Kusinegara merupakan tempat wafat
Sidharta (482 SM)
Peristiwa kelahiran,
menerima penerangan agung dan kematian Sidharta terjadi pada tanggal yang
bersamaan yaitu waktu bulan purnama pada bulan Mei. Sehingga ketiga peristiwa
tersebut dirayakan umat Budha sebagai Triwaisak.
2. PERKEMBANGAN AGAMA BUDHA
Perkembangan Agama Budha
mencapai puncaknya kejayaannya pada masa pemerintahan raja Ashoka dari Dinasti
Maurya. Ia mampu menjadikan ¾ wilayah India menganut agama Budha
dan Ia menetapkan agama Budha sebagai agama resmi negara. Perkembang agama
Budha saat itu cepat serta dapat diterima masyarakat India. Selain faktor utama
ini terdapat juga faktor pendukung diantaranya adalah sebagai berikut.
1. Penyebaran agama Budha dilakukan dengan mengunakan bahasa
rakyat sehari-hari seperti bahasa Prakrit, dan bukan bahasa Sansekerta yang
hanya dikuasai dan dimengerti oleh kaum Brahmana.
2. Ajaran agama Budha dapat diterima/ dianut dan disebarkan
pada siapapun tidak hanya pada golongan tertentu sehingga dapat disebut ajaran
Sidharta ini bersifat non-eksklusif.
3. Dalam agama Budha tidak dikenal adanya sistem kasta sebab
sistem ini dipandang akan membedakan masyarakat atas harkat dan martabatnya.
Sehingga dalam Budha laki-laki ataupun perempuan, miskin atupun kaya sama saja
semuanya punya hak yang sama dalam kehidupan ini.
3. PERPECAHAN AGAMA BUDHA
Setelah 100 tahun wafatnya
Sang Budha timbul bermacam-macam penafsiran terhadap hakikat ajaran Budha.
Perpecahan dalam agama Budha terjadi karena masing-masing mempunyai pandangan/
aliran sendiri. Diantaranya aliran yang terkenal yaitu Hinayana dan Mahayana.
1. Hinayana artinya kendaraan kecil.
Menurut aliran ini tiap orang wajib berusaha sendiri untuk mencapai nirwana.
Untuk mencapai Nirwana sangat tergantung pada usaha diri melakukan meditasi. Hinayana, lebih tertutup hanya
mengejar pembebasan bagi diri sendiri. Yang berhak menjadi Sanggha adalah para
biksu dan biksuni yang berada di Wihara. Ajarannya lebih mendekati Budha
semula. Pengikutnya sebagian besar berada di
daerah Srilanka, Myanmar (Birma), dan Muangtai.
2. Mahayana artinya kendaraan besar. Mahayana, sifatnya terbuka. Penganut
aliran ini mengajarkan pembebasan bagi diri sendiri serta bermisi pembebasan
bagi orang lain. Setiap orang berhak menjadi Sanggha sejauh sanggup menjalankan
ajaran dan petunjuk sang Budha. Jadi aliran Mahayana mengajarkan untuk mencapai
Nirwana setiap orang harus mengembangkan kebijaksanaan dan sifat welas asih
(belas kasih). Setiap manusia berusaha hidup bersama/ membantu setiap orang
lain dalam mencapai Nirwana. Ajarannya sudah berbeda dengan ajaran Budha
semula. Para pengikutnya sebagian besar ada di
daerah Indonesia, Jepang, Cina, dan Tibet.
·
AJARAN SANG BUDHA
Budha mengajarkan 4
kenyataan dalam hidup, yaitu bahwa:
Hidup merupakan samsara
Samsara disebabkan oleh
nafsu yang menguasai manusia
Samsara dapat dihilangkan
dengan menghilangkan nafsu
Untuk menghilangkan nafsu,
ditempuh delapan jalur kebenaran.
Delapan Jalan Kebenaran :
- Mempunyai pandangan yang
benar - Punya penghidupan yang
benar
- Mempunyai niat yang
benar - Berusaha yang benar
- Berbicara yang benar - Memperhatikan hal-hal
yang benar
- Berbuat yang benar - Bersemadi yang benar
Tiga Kebaktian (Tri Dharma)dalam agama Budha :
Berbakti kepada Sang Budha
Berbakti kepada ajaran-ajarannya
Berbakti kepada Sanggha
(jemaat Perkumpulan)
Tridharma jika diucapkan
oleh seseorang yang mau masuk agama budha adalah sebagai berikut.
Saya mencari perlindungan
pada Budha
Saya mencari perlindungan
pada Dharma
Saya mencari perlindungan
pada Sanggha
Selain Tridarma dalam
agama Budha dikenal juga Triratnayang berarti tiga mutiara, terdiri dari Budha,
Dharma, dan Sanggha.
Budha, yaitu Sidharta yang
telah dianggap sebagai dewa
Dharma, yaitu kewajiban yang
harus ditaati oleh umat Buddha.
Sanggha, yaitu aturan/ perkumpulan
dalam agama Budha
4. KEMUNDURAN AGAMA BUDHA
Kemunduran agama Budha di
India disebabkan karena :
1. Setelah Asoka wafat (232 SM) tidak ada raja yang mau
melindungi dan mengembangkan agama Budha di India.
2. Agama Hindu berusaha memperbaiki kelemahan-kelemahannya
sehingga pengikutnya bertambah banyak.
PERSAMAAN dan PERBEDAAN AGAMA
HINDU-BUDHA
Persamaan Hindu dan Budha :
Sama-sama tumbuh dan berkembang di India
Selalu berusaha untuk meletakkan dasar-dasar ajaran
kebenaran dalam kehidupan manusia di dunia ini. Diarahkan pada
tindakan-tindakan yang dibenarkan oleh agama.
Tujuan untuk menyelamatkan umat manusia dari rasa
kegelapan/ mengantarkan umat manusia untuk dapat mencapai tujuan hidupnya yaitu
kesempurnaan.
Perbedaan Hindu dan Budha :
HINDU
|
BUDHA
|
Muncul sebagai perpaduan budaya bangsa Aria
dan bangsa Dravida
|
Muncul sebagai hasil pemikiran dan
pencerahan yang diperoleh Sidharta dalam rangka mencari jalan lain menuju
kesempurnaan(nirwana)
|
Kitab sucinya, WEDA
|
Kitab Sucinya, TRIPITAKA
|
Mengakui 3 dewa tertinggi yang disebut
Trimurti
|
Mengakui Sidharta Gautama sebagai guru
besar/ pemimpin agama Budha
|
Kehidupan masyarakat dikelompokkan menjadi
4 golongan yang disebut Kasta (kedudukan seseorang dalam masyarakat diterima
secara turun-temurun/didasarkan pada keturunan).
|
Tidak diakui adanya kasta dan memandang
kedudukan seseorang dalam masyarakat adalah sama.
|
Adanya pembedaan harkat dan martabat/hak
dan kewajiban seseorang
|
Tidak mengenal pembagian hak antara pria
dan wanita
|
Agama Hindu hanya dapat dipelajari oleh
kaum pendeta/Brahmana dan disebarkan/ diajarkan pada golongan tertentu
sehingga sering disebut agamanya kaum brahmana.
|
Agama Budha dapat dipelajari dan diterima
oleh semua orang tanpa memandang kasta
|
Agama Hindu hanya bisa dipelajari dengan
menggunakan bahasa Sansekerta
|
Agama Budha disebarkan pada rakyat dengan
menggunakan bahasa rakyat sehari-hari, seperti bahasa Prakrit
|
Kesempurnaan (Nirwana) hanya dapat dicapai
dengan bantuan/bimbingan pendeta
|
Setiap orang dapat mencapai kesempurnaan
dengan usaha sendiri yaitu dengan meditasi
|
Seorang terlahir sebagai Hindu bukan
menjadi Hindu sehingga kehidupan telah ditentukan sejak lahir.
|
Kehidupannya ditentukan oleh darma baik
yang berhasil dilakukan semasa hidup
|
Mengenal adanya kelahiran kembali setelah
kematian (reinkarnasi)
|
Tidak menenal reinkarnasi tetapi mengenal
karma
|
Dibenarkan untuk mengadakan upacara korban
|
Tidak dibenarkan mengadakan upacara korban
|
5. MASUKNYA AGAMA HINDU dan BUDHA DI INDONESIA
Persebaran agama dan
budaya Hindu-Budha dari India ke Indonesia melalui jalur lalu lintas
perdagangan dan pelayanan. Sejak awal abad 1 M Indonesia telah menjalin
hubungan dagang dengan negara lain. Hal ini, dikarenakan letak geografis Indonesia
yang sangat strategis sehingga memungkinkan hubungan dagang dengan negara lain.
Pelayaran di Indonesia awalnya dilakukan hanya sebagai lalu lintas utama
penghubung antarpulau tetapi kemudian hal tersebut mendorong adanya aktivitas
perdagangan. Pelayaran perdagangan tersebut akhirnya dilakukan bukan hanya di
Indonesia saja. Hal ini disebabkan karena :
Setelah ditemukan jalur melalui laut antara Romawi dan
Cina maka perlayaran dan perdagangan Asia semakin ramai. Sehingga wilayah yang
dilalui jalur perlayaran dan perdagangan tersebut ikut aktif dalam perdagangan.
Indonesia sebagai wilayah yang strategis menjalin hubungan dengan Cina dan
India. Wilayah Indonesia yang berada di sebelah Timur India menyebabkan para
pelaut India lebih mudah mencapai Indonesia dan terbentuklah perdagangan antara
India dan Indonesia.
Didukung adanya pola angin musim yang berubah arah setiap
6 bulan.
Didukung adanya perluasan kekuasaan kerajaan Cina yang
membawa kekuasaannya ke Asia Tenggara mendorong timbul perdagangan maritim di
Asia Barat ke Cina Selatan melalui Indonesia. Perdagangan di Asia Barat didukung
oleh para pedagang India.
Barang perdagangan: emas, kayu cendana, rempah-rempah,
kayu wangi, kapur barus, dan kemenyan dari India sampai Indonesia.
Melalui perdagangan
tersebut berkembanglah kebudayaan Asing termasuk India serta Agama Hindu dan
Budha yang dianut oleh sebagian besar pedagang India. Agama tersebutlah yang
kemudian dianut oleh raja-raja di Indonesia yang selanjutnya mempengaruhi
segala aspek kehidupan masyarakat di Indonesia.
Masuknya dan berkembangnya
Agama Hindu di Indonesia
Terdapat beberapa teori
mengenai siapakah yang membawa masuknya agama dan kebudayaan Hindu di
Indonesia. Teori-teori tersebut antara lain:
1.
Teori Sudra (dikemukakan
oleh Van Feber)
Inti dari teori ini adalah
bahwa masuk dan berkembangnya agama Hindu ke Indonesia dibawa oleh orang-orang
India yang berkasta Sudra.
Pendapat dari Van Feber adalah bahwa:
Orang India berkasta Sudra (pekerja kasar)menginginkan
kehidupan yang lebih baik daripada mereka tinggal menetap di India sebagai pekerja
kasar bahkan tak jarang mereka dijadikan sebagai budak para majikan sehingga
mereka pergi ke daerah lain bahkan ada yang sampai ke Indonesia.
Orang berkasta sudra yang berada pada kasta terendah di
India tidak jarang dianggap sebagai orang buangan sehingga mereka meninggalkan
daerahnya pergi ke daerah lain bahkan keluar dari India hingga ada yang sampai
ke Indonesia agar mereka mendapat kedudukan
yang lebih baik dan lebih dihargai.
Bantahan ahli terhadap
teori ini adalah sebagai berikut.
Golongan Sudra tidak menguasai seluk beluk ajaran agama
Hindu sebab mereka tidak menguasai bahasa Sansekerta yang digunakan dalam Kitab
Suci Weda (terdapat aturan dan ajaran agama Hindu). Terlebih tidak
sembarang orang dapat menyentuhnya, membaca dan mengetahui isinya.
Tujuan utama golongan Sudra meninggalkan India adalah
untuk mendapat penghidupan dan kedudukan yang lebih baik (memperbaiki
keadaan/kondisi mereka). Sehingga jika mereka ke tempat lain pasti hanya untuk
mewujudkan tujuan utama mereka bukan untuk menyebarkan agama Hindu.
Dalam sistem kasta posisi kaum sudra ada pada kasta
terendah sehingga tidak mungkin mereka mau menyebarkan agama Hindu yang
merupakan milik kaum brahmana, kasta diatasnya. Jika mereka menyebarkan
agama Hindu berarti akan lebih mengagungkan posisi kasta brahmana, kasta yang
telah menempatkan mereka pada kasta terendah.
2.
Teori Waisya (dikemukakan oleh NJ.Krom)
Inti dari teori ini yaitu
bahwa masuk dan berkembangnya agama Hindu ke Indonesia dibawa oleh orang India
berkasta Waisya yaitu golongan pedagang.
Mereka datang dan berperan
sebagai penyebar agama Hindu ke Indonesia. Seperti bangsa Gujarat yang menjadi
pedagang pada zaman Islam atau bangsa Barat pada zaman modern.
Menurut NJ.Krom ada 2 kemungkinan Agama Hindu disebarkan oleh pedagang:
Para pedagang dari India melakukan perdagangan dan
akhirnya sampai ke Indonesia memang hanya untuk berdagang. Melalui interaksi
perdagangan itulah agama Hindu disebarkan pada rakyat Indonesia.
Para pedagang dari India yang singgah di Indonesia
kemudian mendirikan pemukiman sembari menunggu angin musim yang baik untuk
membawa mereka kembali ke India. Merekapun akan berinteraksi dengan penduduk
sekitar dan menyebarkan agama pada penduduk lokal Indonesia. Selanjutnya jika
ada yang tertarik dengan penduduk setempat dan memutuskan untuk menikah serta
berketurunan maka melalui keturunan inilah agama Hindu disebarkan ke masyarakat
sekitar.
Faktor yang memperkuat teori dari NJ. Krom adalah bahwa:
Teori ini mudah diterima oleh akal sebab dalam kehidupan,
faktor ekonomi menjadi sangat penting dan perdagangan merupakan salah satu
bentuk dalam kegiatan berekonomi. Sehingga melalui kegiatan perdagangan dirasa
akan lebih mudah untuk berhubungan dengan orang dari berbagai daerah.
Adanya bukti yang menunjukkan bahwa terdapat perkampungan
para pedagang India di Indonesia yang disebut Kampung Keling yang terletak di
beberapa daerah di Indonesia seperti di Indonesia bagian Barat (Sumatera)
Bantahan para ahli terhadap teori ini :
o Motif mereka datang sekedar untuk berdagang bukan untuk
menyebarkan agama Hindu sehingga hubungan yang terbentuk antara penduduk
setempat bahkan pada raja dengan para saudagar (pedagang India) hanya seputar
perdagangan dan tidak akan membawa perubahan besar terhadap penyebaran agama
Hindu.
o Mereka lebih banyak menetap di daerah pantai untuk
memudahkan kegiatan perdagangannya. Mereka datang ke Indonesia untuk berdagang
dan jika mereka singgah mungkin hanya sekedar mencari perbekalan untuk
perjalanan mereka selanjutnya atau untuk menunggu angin yang baik yang akan
membawa mereka melanjutkan perjalanan. Sementara itu kerajaan Hindu di
Indonesia lebih banyak terletak di daerah pedalaman seperti Pulau Jawa, Sumatera,
dan Kalimantan. Sehingga, penyebarluasan agama Hindu tidak mungkin dilakukan
oleh kaum Waisya yang menjadi pedagang.
o Meskipun ada perkampungan para pedagang India di
Indonesia tetapi kedudukan mereka tidak berbeda dengan rakyat biasa di tempat
itu, mereka yang tinggal menetap sebagaian besar hanyalah pedagang-pedagang
keliling sehingga kehidupan ekonomi mereka tidak jauh berbeda dengan penduduk
setempat. Sehingga pengaruh budaya yang mereka bawa tidaklah membawa perubahan
besar dalam tatanegara dan kehidupan keagamaan masyarakat setempat.
o Kaum Waisya tidak mempunyai tugas untuk menyebarkan agama
Hindu sebab yang bertugas menyebarkan agama Hindu adalah Brahmana. Lagi pula
para pedagang tidak menguasai secara mendalam ajaran agama Hindu dikarenakan
mereka tidak memahami bahasa Sansekerta sebagai pedoman untuk membaca kitab
suci Weda.
o Tulisan dalam prasasti dan bangunan keagamaan Hindu yang
ditemukan di Indonesia berasal dari bahasa Sansekerta yang hanya digunakan oleh
Kaum Brahmana dalam kitab-kitab Weda dan upacara keagamaan.
3.
Teori Ksatria (dikemukakan oleh FDK Bosch)
Inti dari teori ini adalah
bahwa golongan bangsawan/ksatria dari India yang membawa masuk dan menyebarkan
agama Hindu di Indonesia.
Menurut FDK Bosch ada 3 alasan mengapa Agama Hindu disebarkan oleh
bangsawan:
Raja dan bagsawan serta ksatria dari India yang kalah
perang meninggalkan daerahnya menuju ke daerah lain termasuk Indonesia. Mereka
berusaha menaklukkan daerah baru di Indonesia dan membentuk pemerintahan baru
seperti ketika mereka di India. Dari situ mereka mulai menanamkan ajaran agama
Hindu pada penduduk setempat.
Kekacauan politik di India menyebabkan para ksatria
melarikan diri sampai di Indonesia dan sesampainya di Indonesia mereka membentuk
dan mendirikan koloni (tanah jajahan) dan mulai menyebarkan agama Hindu.
Adapula raja dan para bangsawan India yang sengaja datang
ke Indonesia untuk menyerang dan menaklukkan suku-suku di Indonesia. Setelah
mereka berhasil maka akan mendirikan kerajaan dan mulai menyebarkan agama
Hindu.
Teori Ksatria sering juga
disebut dengan teori Kolonisasi . Hal ini disebabkan karena dilakukan penyerbuan dan
penklukkan.
Bantahan terhadap teori ini :
Tidak mungkin pelarian ksatria dari India bisa mendapatkan
kedudukan mulia sebagai raja di wilayah lain, sedangkan di Indonesia masa itu,
seseorang dapat menjadi pemimpin suatu wilayah karena dia dirasa mempunyai
kemampuan lebih daripada yang lainnya. Tidak mungkin rakyat menginginkan orang
yang telah mengalahkan rakyat di wilayah itu untuk menjadi raja mereka karena
mereka pasti harus hidup dalam tekanan dari orang yang tidak mereka kenal.
Tidak ada bukti yang kuat baik itu di Indonesia maupun di
India bahwa penyerbuan yang dilakukan bertujuan untuk menyebarkan agama Hindu.
Selain itu tidak ada bukti pendudukan atas beberapa
daerah di Indonesia oleh bangsa India yang bertujuan untuk menyebarkan agama.
Padahal suatu penaklukkan pasti akan dicatat sebagai sebuah kemenangan. Memang
pernah ada serbuan dari bangsa India yang terjadi 2 kali dalam waktu singkat
oleh kerajaan Colamandala (raja Rajendra Coaldewa) atas kerajaan Sriwijaya yaitu
pada tahun 1023 M dan 1030 M. Meskipun berhasil menawan raja Sriwijaya tetapi
serangan tersebut berhasil dipatahkan/dikalahkan.
Jika terjadi kolonisasi /penaklukkan pasti akan disertai
dengan pemindahan segala aspek/unsur budaya masyarakat India secara murni di
Indonesia seperti sistem kasta, tatakota, pergaulan, bahasa, dsb. Tetapi
kehidupan masyarakat di Indonesia tidak menunjukkan hal yang sama persis (tidak
asli) dengan kehidupan masyarakat India dari sini dapat disimpulkan bahwa tidak
terjadi penguasaan secara mendasar pada segala aspek kehidupan masyarakat
Indonesia. Budaya Indonesia memiliki peran yang besar dalam proses pembentukan
budaya India-Indonesia sehingga yang tampak adalah bentuk akulturasi budayanya.
4.
Teori Brahmana (dikemukakan oleh J.C. Van Leur)
Inti dari teori ini adalah
bahwa yang membawa masuk dan menyebarkan agama Hindu di Indonesia adalah kaum
brahmana dari India. Teori ini memang paling mudah diterima.
Menurut J.C. Van Leur beberapa alasan mengapa Agama Hindu disebarkan oleh
brahmana:






Bantahan terhadap teori ini :
Mempelajari bahasa Sansekerta merupakan hal yang sangat
sulit jadi tidak mungkin dilakukan oleh raja-raja di Indonesia yang telah
mendapat kitab Weda untuk mengetahui isinya bahkan menyebarkan pada yang lain.
Sehingga pasti memerlukan bimbingan kaum Brahmana dalam mempelajarinya.
Menurut ajaran Hindu kuno seorang Brahmana dilarang untuk
menyeberangi lautan apalagi meninggalkan tanah airnya. Jika ia melakukan hal
tersebut maka ia akan kehilangan hak akan kastanya. Sehingga mendatangkan para
Brahmana ke Indonesia bukan merupakan hal yang wajar.
Dari keempat teori
tersebut teori yang paling tepat dan disepakati ahli mengenai masuknya agama Hindu dan
Budha di Indonesia adalah teori Brahmana, yaitu bahwa brahmana/ pendeta dari
Indialah yang membawa masuk agama dan budaya Hindu-Budha ke Indonesia. Istilah
pendeta juga digunakan dalam agama Budha.
Adapun prosesnya sebagai
berikut.
Masuknya Agama Hindu ke
Indonesia :
Para pendeta dari India
mempunyai misi/tugas khusus untuk menyebarkan agama Hindu, pada akhirnya sampai
juga mereka ke Indonesia melalui jalur perdagangan. Setiba di Indonesia mereka
akan melakukan upacara pengembalian kasta agar mereka memiliki hak untuk
menyebarkan ajaran agama. Selanjutnya mereka akan menemui penguasa lokal
(kepala suku). Jika penguasa lokal tersebut tertarik dengan ajaran Hindu maka
para pendeta bisa langsung mengajarkan dan menyebarkannya. Adapula penguasa
lokal yang kemudian dinobatkan jadi raja serta diHindukan, sehingga jika
rajanya beragama Hindu maka akan lebih mudah untuk menyebarkan agama Hindu di
daerahnya.
Proses ini tidak dapat
terjadi hanya satu kali langsung diterima tetapi membutuhkan proses yang lama.
Masuknya Agama Budha ke
Indonesia :
Dalam ajaran agama budha
juga terdapat misi khusus untuk menyebarkan agama Budha, misi tersebut dikenal
denganDharmadhuta. Untuk menjalankan misinya tersebut maka pendeta Budha
melalui jalur pelayaran dan perdagangan menuju ke Indonesia. Setibanya di
Indonesia mereka akan menemui raja/ penguasa lokal setempat guna meminta izin
untuk menyebarkan agama Budha. Selanjutnya mereka mulai mengajarkan dan
menyebarkan agama Budha, jika pengusa lokal tertarik dan memutuskan untuk
menganut ajaran agama Budha itu akan menjadi semakin mudah bagi perkembangan
agama Budha di daerah tersebut. Jikapun raja tidak tertarik menganut agama
Budha tapi memberi izin pada para pendeta tersebut untuk menyebarkan agama
Budha maka mereka akan mendirikan perkumpulan umat/ jemaat Budha yang disebut
Sangha.
Dari keempat teori yang
ada menurut para ahli tidak ada yang cocok menyatakan proses perkembangan agama
dan budaya Hindu-Budha di Indonesia sehingga mereka mengemukakan suatu teori
baru untuk menjelaskan proses perkembanganagama Hindu-Budha di Indonesia yaitu Teori Arus Balik.
Teori Arus Balik sepakat
bahwa yang membawa masuk agama dan budaya Hindu-Budha di Indonesia adalah para
pendeta India, tetapi yang menyebarkan agama Hindu-Budha ke rakyat Indonesia
bukan para pendeta India melainkan orang Indonesia yang diutus oleh raja
Indonesia untuk mempelajari agama dan budaya para pendeta India di negara
asalnya yaitu India. Setelah utusan tersebut menguasai ajaran agama maka mereka
akan kembali ke Indonesia dan menyampaikan pada raja. Raja yang telah mendapat
laporan selanjutnya akan meminta utusan tersebut menyebarkan dan mengajarkan
pengetahuan yang di peroleh dari India tersebut pada penduduk/ rakyat kerajaan
tersebut. Maka semakin berkembanglah ajaran agama baik Hindu maupun Budha dan
terbentuklah kerajaan yang berciri baik itu Hindu maupun Budha.
Jadi kesimpulan proses
masuk dan berkembangnya agama dan budaya Hindu-Budha ke Indonesiaadalah sebagai
berikut.
Agama Budha
Agama Budha masuk ke
Indonesia dibawa oleh para pendeta didukung dengan adanya misi Dharmadhuta, kitab suci agama Budha ditulis dalam bahasa rakyat
sehari-hari, serta dalam agama Budha tidak mengenal sistem kasta. Para pendeta
Budha masuk ke Indonesia melalui 2 jalur lalu lintas pelayaran dan perdagangan,
yaitu melalui jalan daratan dan lautan. Jalan darat ditempuh lewat Tibet lalu
masuk ke Cina bagian Barat disebut Jalur Sutra, sedangkan jika menempuh
jalur laut, persebaran agama Budha sampai ke Cina melalui Asia Tenggara.
Selanjutnya sampai ke Indonesia mereka akhirnya bertemu dengan raja dan
keluarganya serta mulai mengajarkan ajaran agama Budha, pada akhirnya terbentuk
jemaat kaum Budha. Bagi mereka yang telah mengetahui ajaran dari pendeta India
tersebut pasti ingin melihat tanah tempat asal agama tersebut secara langsung
yaitu India sehingga mereka pergi ke India dan sekembalinya ke Indonesia mereka
membawa banyak hal baru untuk selanjutnya disampaikan pada bangsa Indonesia.
Unsur India tersebut tidak secara mentah disebarkan tetapi telah mengalami proses penggolahan dan penyesuaian.
Sehingga ajaran dan budaya Budha yang berkembang di Indonesia berbeda dengan di
India.
Agama Hindu
Para
pendeta Hindu memiliki misi untuk menyebarkan agama Hindu dan melalui jalur
perdagangan akhirnya sampai di Indonesia. Selanjutnya mereka akan menemui
penguasa lokal (kepala suku). Jika penguasa lokal tersebut tertarik dengan
ajaran Hindu maka para pendeta bisa langsung mengajarkan dan menyebarkannya.
Dalam ajaran agama Hindu konsepnya adalah seseorang terlahir sebagai Hindu
bukan menjadi Hindu maka untuk menerima ajaran agama Hindu orang Indonesia
harus di-Hindu-kan melalui upacara Vratyastomadengan pertimbangan
kedudukan sosial/ derajat yang bersangkutan (memberi kasta). Hubungan
India-Indonesia berlanjut dengan adanya upaya para kepala suku/ raja lokal
untuk menyekolahkan anaknya/ utusan khusus ke India guna belajar budaya India
lebih dalam lagi. Setelah kembali ke tanah air mereka kemudian menyebarkan
kebudayaan India yang sudah tinggi. Bahkan tak jarang mereka mendatangkan para
Brahmana India untuk melakukan upacara bagi para penguasa di Indonesia, seperti
upacara Abhiseka, merupakan upacara untuk
mentahbiskan seseorang menjadi raja. Jika di suatu wilayah rajanya beragama
Hindu maka akan memperkuat proses penyebaran agama Hindu bagi rakyat di daerah
Jangan lupa di comment yaa!!!! :)))))
Langganan:
Postingan (Atom)